Jumat, 27 Januari 2012

LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM


RATNA DWI SEJATI / M0211063
Fisika/Universitas Sebelas Maret
LONG LIFE EDUCATION IN ISLAM
Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral masyarakat Islam baik dalam negara maupun minoritas. Dalam ajaran agama Islam pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tinggi. Karenanya, umat Islam mempunyai perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan pendidikan untuk kepentingan masa depan umat Islam.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Allah SWT sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah.
Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education ).
Pembahasan
Seruan tentang proses pendidikan tanpa akhir yang diupayakan oleh siapapun, terutama (sebagai tanggung jawab) negara. Sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan kesadaran dan ilmu pengetahuan, pendidikan telah ada seiring dengan lahirnya peradaban manusia itu sendiri. Tak heran jika R.S. Peters dalam bukunya The Philosophy of Education menandaskan bahwa pada hakekatnya pendidikan tidak mengenal akhir, karena kualitas kehidupan manusia terus meningkat.
Islam mengajarkan tentang pola belajar yang seharusnya diusahakan oleh manusia dalam sepanjang hayatnya (long life education). Mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan aktivitas kita sehari-hari hukumnya adalah wajib, sehingga Islam mendorong umatnya untuk menjadi umat yang cerdas dalam memandang kehidupan, problematika dan solusinya. Kadang-kadang kita lupa untuk apa sebenarnya kita menuntut ilmu, dan kita juga lupa apa hukumnya menuntut ilmu dalam agama Islam.
Hukum Menuntut Ilmu
Apabila kita memperhatikan isi Al Qur’an dan Al Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat atau mendengar
 Kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW, yang artinya: “Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari). Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemaslahatan dan jalan kemanfaatan, menyelami hakekat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan ‘aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniawian dan segala kebutuhan hidup.
 Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya : “Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula, dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari dan Muslim)
 Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang member manfaat dan berguna untuk menutut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik, dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang di ridhai Allah SWT. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalanya wajib khifayah.
Ilmu yang wajib ‘ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan ‘aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin dan yang perlu diketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Disamping itu perlu dipelajari ilmu akhlak untuk mengetahui adab sopan santun yang perlu kita laksanakan yang menjadi tonggak hidup.
Sedangkan ilmu yang wajib khifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya.
Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah
Dilihat dari segi ibadat, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya : “Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari dari satu ayat dari kitab Allah (Al Qur’an), maka pahalanya lebih baik daripada ibadat satu tahun”.
Dalam hadist lain dinyatakan, yang artinya : “Barang siapa yang pergi menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”.
Mengapa menuntut ilmu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadat? Karena amal ibadat yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan sia-sialah amalnya.
Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menyatakan, yang artinya : “Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadat) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima”.
Derajat Orang Yang Berilmu
Kewajiban yang harus ditunaikan apabila kita telah mempelajari dan memiliki ilmu adalah mengamalkan segala ilmu itu, sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Agar bermanfaat bagi orang lain hendaknya ilmu-ilmu itu kita ajarkan kepada mereka. Mengajarkan ilmu-ilmu ialah memberi penerangan kepada mereka dengan uraian lesan, atau dengan melaksanakan sesuatu amal dihadapan mereka, atau dengan jalan menyusun dan mengarang buku-buku untuk dapat diambil manfaatnya.
Sungguh tidak disangkal lagi, bahwa mengajar adalah suatu pekerjaan yang seutama-utamanya. Nabi di utus kedunia ini pun dengan tugas mengajar, sebagaimana sabdanya, yang artinya : “Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar”. (HR. Baihaqi)
 Sekiranya Allah tidak membangkitkan Rasul untuk menjadi guru manusia, guru dunia, tentulah manusia tinggal dalam kebodohan sepanjang masa. Walaupun akal dan otak manusia mungkin menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan, namun masih ada juga hal-hal yang diluar akal manusia.
Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia/masyarakat secara luas, agar mereka tidak dalam kebodohan dan kegelapan, maka diperlukan kesadaran bagi para mualim, guru dan ulama, untuk beringan tangan menuntun mereka menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Bagi ulama atau guru yang menyembunyikan ilmunya, mendapat ancaman sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya : “Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mau memberikan jawaban), maka Allah akan mengekangkan (mulutnya), kelak di hari kiamat dengan kekangan (kendali) dari api neraka”.(HR. Ahmad)
Penutup
Sebagai seorang muslim, wajiblah untuk kita memperdalam ilmu untuk masa depan kita. Marilah kita menuntut ilmu pengetahuan, sesempat mungkin dengan tidak ada hentinya tanpa batas sampai ke liang kubur, dengan ikhlas dan tekad yang kuat mengamalkan dan menyumbangkannya kepada masyarakat luas, agar kita semua dapat mengenyam hasil dan buahnya kelak. Dari uarian diatas dapat ditanggapi bahawa menuntut ilmu itu tidak ada batasnya, setiap hari kita dapat menuntit ilmu, jadi pantaslah jika dalam islam disuarakan “Long Life Education in Islam” dengan tanpa meninggalkan ajaran islam, kita tetap dapat menuntut ilmu, bahkan kita diwajibkan untuk menuntut ilmu selama hidup kita seperti diriwayatkan dalam hadist diatas. Islam sangat tepat dengan mewajibkan umatnya menuntut ilmu sepanjang hayat untuk mengetahiu hokum aktivitas sehari-hari dan juga agar tidak tertinggal dengan bangsa lain yang lebih maju.

Sumber:



Jurnal Praktikum


Praktikum Tegangan Permukaan
Kelompok 6 Responsi
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstrak
"The surface tension is the tendency of liquid to the liquid surface tension, so that its surface as covered by a layer of elastic" (Kanginan, 2009). In addition, the surface tension is also interpreted as an ability or tendency of liquids to always go to a state that the smaller surface area that is flat or round like a ball or summarily defined as an attempt to form new surface area (Wavega, 2008). By the nature of the liquid is able to hold small objects on its surface. Like a razor blade, razor blade causing heavy liquid surface slightly curved downward razor where it is located. Zar arch extending surface liquid but a liquid with surface tension trying to maintain its surface area as small as possible. The surface tension of each solution is different and can be determined by experimenting.”

1.      Pendahuluan
Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan tetapi fenomena-fenomena tersebut mempunyai hubungan dengan adanya tegangan permukaan. Sering terlihat peristiwa-peristiwa alam yang tidak diperhatikan dengan teliti misalnya tetes-tetes zat cair pada pipa keran yang bukan suatu aliran, laba-laba air yang berada di atas permukaan air, mainan gelembung-gelembung sabun, pisau silet yang diletakkan perlahan-lahan di atas permukaan zat cair yang terapung, dan naiknya air pada pipa kapiler. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya gaya-gaya yang bekerja pada permukaan zat cair atau pada batas antara zat cair dengan bahan lain.

Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang,sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic. Partikel A dalam zat cair ditarik oleh gaya sama besar ke segala arah oleh partikel-partikel di dekatnya. Partikel B di permukaan zat cair hanya ditarik oleh partikel-partikel disamping dan dibawahnya,hingga pada permukaan zat cair terjadi tarikan ke bawah. Rumus tegangan permukaan

Ƴ = F/ d
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami prinsip percobaan tegangan permukaan dan menentukan besarnya nilai tegangan permukaan larutan. Dalam hal ini air, larutan garam dan larutan sabun.



1.      Metodologi

Alat dan Bahan
No.
Nama Alat dan Bahan
Jumlah
Fungsi
1.
Cincin Metal dengan ukuran : 60 mm, 30 mm, 20 mm
3 Buah
Sebagai objek yang dimasukkan ke dalam larutan

2.
Larutan Sabun, Garam, Air  Biasa
3 Buah
Sebagai media yang diukur nilai tegangan permukaan
3.
Gelas Beker
3 Buah
Tempat larutan.
4.
Laboratory Stand dan Statif
1 Buah
Mengatur posisi gelas beker dan Menggantungkan cincin metal dan dynamometer.
5.
Benang
1 helai
Menggantungkan cincin metal pada dynamometer.
6.
Dinamo Meter Presisi 0,1 N
1 Buah
Mengukur  besarnya gaya.

5
                       

Kondisi ruang praktikum
                                                   
suhu
dicatat
                                                              
tekanan
 
diameter
Cincin logam
                                                                            
diukur
keliling
 


Alat praktikum
                                                                             
 


Laboratory stand
                                                                             disusun sesuai gambar
 


Laboratory stand
                                                                             dinaikkan (cincin logam tercelup)
 


Gaya  tarik F pada dinamometer
                                                                             diturunkan
 

                                                                             
Percobaan 1
     dibaca        


Tegangan permukaan
                                                                              diulang 5 kali


Percobaan
                                                                             dihitung
 

                                                                              diulangi dengan larutan dan cincin berbeda

Pembahasan
Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untu menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis dan dapat menahan benda. Hal ini dikarenakan adanya gaya tarik menarik antara partikel zat cair (kohesi).
Dalam percobaan ini digunakan berbagai macam alat seperti cincin metal dengan tiga variasi diameter yaitu 60 mm, 30 mm, dan 20 mm yang berfungsi sebagai objek percobaan. Selain itu juga menggunakan 3 macam larutan yang berbeda yaitu air murni, air garam dan air sabun yang dimasukkan dalam gelas beker sebagai wadah. Larutan larutan tersebut berfungsi sebagai media yang nantinya akan di ukur nilai ketegangan permukaannya. Untuk mempermudah pencelupan cincin pada larutan secara perlahan, digunakan laboratory stand dan statif. Dan untuk mengukur besar gaya tarik larutan, digunakan dynamometer presisi 0,1 N atau 100 mN.
Percobaan diawali dengan mengukur kondisi ruangan yaitu pada tekanan 1 atm, dan suhu 250C. Kemudian setelah alat- alat disusun dan meletakkan salah satu larutan (air) pada laboratory stand, dilakukan zeroing pada dynamometer yang sudah terpasang cincin (diameter 0,06 m) dan digantung pada statif sehingga berada tepat di atas larutan. Zeroing dilakukan agar massa cicin dapat diabaikan. Setelah itu, tuas pada laboratory stand diputar ke kanan untuk menaikkan posisi larutan hingga cincin dapat menyentuh larutan dan tercelup di dalamnya. Setelah cincin benar-benar tercelup air seluruhnya, tuas diputar ke kiri perlahan hingga posisi larutan merendah dan membuat cincin perlahan terangkat ke permukaan. Gaya tarik oleh larutan dapat diamati pada dynamometer. Percobaan yang sama dilakukan sebanyak lima kali secara berturut turut untuk memperkecil nilai kesalahan. Kemudian percobaan kembali dilakukan dengan mengganti cincin berdiameter berbeda pada setiap larutan dan masing masing juga diulang hingga lima kali.
Dari percobaan ini, dapat diperoleh data berupa nilai gaya tarik larutan dan keliling cincin sehingga dapat diolah dalam rumus:
dimana,           g = tegangan permukaan (N/m)
                        F = gaya (Newton)
                        L = panjang permukaan selaput fluida (m)
Namun karena yang digunakan adalah cincin, maka panjang permukaan selaput fluida adalah dua kali keliling cincin yaitu keliling luar dan keliling dalam yang dianggap sama. Sehingga rumus dapat diturunkan sebagai berikut.
Dari rumus tersebut, dapat dilihat bahwa besar gaya tarik zat cair sebanding dengan panjang permukaan selaput fluida. Semakin besar nilai panjang permukaan selaput fluida, maka semakin besar pula gaya tarik zat cair yang terjadi. Besar gaya tarik masing-masing larutan pada cincin dengan diameter yang berbeda adalah sebagai berikut:
            Data di atas dapat diolah untuk menentukan besar tegangan permukaan masing masing larutan. Nilai tegangan permukaan yang mendekati nilai sebenarnya dapat dicari dengan mencari nilai rata-rata dari lima kali percobaan pada masing-masing larutan dan diameter cincin. Sehingga dapat diketahui nilai tegangan masing-masing larutan adalah:
Air murni         : 0,051 N/m
Larutan garam : 0,044 N/m
Larutan sabun : 0,033 N/m
Nilai tegangan permukaan tiap larutan adalah suatu tetapan. Hal ini dipengaruhi oleh luas permukaan selaput fluida. Semakin besar luas permukaan fluida, maka semakin besar pula nilai tegangan permukaan larutan. Selain itu, besar tegangan permukaan juga dipengaruhi oleh sifat larutan itu sendiri yaitu ukuran partikel dan jarak antar partikelnya. Hal ini tergantung banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan dan bukan tergantung pada volume larutan. Larutan yang pekat (zat terlarut banyak) akan memiliki ukuran partikel yang besar dan jarak antar partikel yang relative kecil sehingga tegangan permukaannya pun akan kecil. Dalam hal ini, sabunlah yang memiliki nilai tegangan permukaan yang paling keci. Kemudian tegangan permukaan yang lebih besar adalah larutan garam dan yang paling besar adalah air murni.
Percobaan yang diulang hingga lima kali bertujuan untuk memperkecil kesalahan yang terjadi pada saat percobaan berlangsung. Dengan mencari nilai rata-rata tiap data, dapat dicari nilai ketidakpastian yang dapat memperkecil kesalahan hasil pengukuran. Analisa kesalahan relative suatu pengukuran dapat ditentukan dengan mencari nilai persen dari perbandingan antara nilai ketidakpastian dengan nilai rata-rata.
Secara umum, kesalahan yang dilakukan pada saat percobaan dan pengolahan data yang kemudian mempengaruhi nilai akhir perhitungan antara lain:
1.      Kesalahan melihat skala ketika melakukan zeroing
2.      Kesalahan paralaks, yaitu mata pengamat yang tidak tegak lurus dengan skala sehingga nilai skala yang terbaca berbeda dengan nilai sebenarnya.
3.      Kurang focus dalam mengamati.
4.      Kondisi cincin yang kurang tercelup sempurna
5.      Kesalahan ketika memasukkan dan mengolah data.
Namun kesalahan tersebut dapat diperkecil dengan melakukan pengulangan percobaan yang telah dijelaskan di awal.
Penutup
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa prinsip percobaan tegangan permukaan adalah dengan memanfaatkan gaya kohesi yang dimiliki setioap larutan sehingga terjadi suatu penegangan larutan dan dapat dihitung nilai tegangan permukaan tiap larutan. Antara lain
Air Murni                    : 0,051 N/m
Larutan Garam            : 0,044 N/m
Larutan Sabun             : 0,033 N/m
Sangat dianjurkan kepada praktikan untuk:
1.      Mengamati fenomena-fenomena tegangan permukaan
2.      Menguasai hal-hal yang berkaitan dengan tegangan permukaan.
3.      Lebih berhati-hati dalam melakukan percobaan

Referensi:
Agnes. 2011. Tegangan Permukaan. http://agnes.blogspot.com/2011/03/tegangan _permukaan.htm// diakses tanggal 25 Nopember 2011.
Fuad, Ahmad. 2004. Ringkasan Fisika SMA. Surabaya: Kawan pustaka
Prastawa, Panca. 2009. Ikhtisar Fisika dan Kimia SMA. Yogyakarta: Power books
Ryan .2010. Tegangan Permukaan.